Minggu, 13 Januari 2013

Mau Berinvestasi Properti? Hindari Lokasi Ini


Ada tiga faktor utama yang sangat berpengaruh dalam bisnis properti, yakni lokasi, lokasi dan lokasi. Lokasi di mana suatu properti berdiri akan sangat menentukan keberlangsungan bisnis tersebut.

Pakar properti yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesi (PSPI) Panangian Simanungkalit mengemukakan, sebelum memulai investasi dalam bidang properti, terdapat beberapa lokasi yang patut Anda hindari.

Lokasi mana sajakah itu, simak ulasannya berikut, seperti dikutip dalam bukunya Rahasia Menjadi Miliarder Properti, Sabtu (22/12/2012).

1. Hindari Lokasi 'Sunset Area'

Investor harus menghindari membeli properti yang masuk dalam kategori Sunset Area, seperti kawasan Tua dan Menurun, Tua dan Baru Diperbaiki, serta Tua dan Jelek. Properti dengan ciri-ciri seperti ini kurang baik secara ekonomi. Hal ini tidak terlepas dari kondisi fisik bangunan yang umumnya tidak terawat dengan baik.

- Kawasan Tua dan Menurun
Ciri-cirinya adalah sebuah kawasan yang sudah berusia lebih dari 30 tahun. Misalnya, di Jalan Lada, di bilangan Kota Tua Jakarta. "Di lokasi tersebut, kondisi propertinya makin buruk, sejalan dengan kondisi lingkungannya yang makin tidak baik, karena banyak ditinggalkan oleh pelaku bisnis," sebut Panangian.

- Kawasan Tua dan Baru Diperbaiki

Properti di kawasan ini adalah properti atau bangunan tua yang direnovasi, tetapi tidak cukup mengangkat nilai tanah dan properti itu sendiri. Misalnya di sebuah kawasan perdagangan dibangun perkantoran, seperti Senen, Jatinegara, Salemba, Lapangan Banteng dan lain-lain.

-Kawasan Tua dan Jelek

Bangunan-bangunan di kawasan ini umumnya berusia tua yang makin lama kondisinya semakin memprihatinkan. Selain itu, kawasan yang masuk dalam kategori ini adalah kawasan kumuh, seperti Jelambar, Tangki dan lain-lain.

Sebaliknya, carilah lokasi pada Sunrise Area. Sunrise Area adalah istilah untuk suatu kawasan properti yang memiliki potensi peningkatan nilai dalam beberapa tahun ke depan, dengan tingkat pertumbuhan di bawah kenaikan harga tanah pada umumnya.

2. Hindari Properti yang Bersifat Spekulatif

Banyak investor properti terperangkap dengan ketidakpastian peningkatan nilai properti yang mereka pegang saat ini. Menahan properti bernilai tinggi, misalnya seharga Rp3 miliar tanpa penghasilan untuk menutupi biaya-biaya operasional (penyewa di kawasan itu lebih sedikit dibandingkan jumlah properti yang siap disewakan).

Hal ini bisa dilihat contohnya pada apartemen-apartemen yang dibangun sejak lima tahun lalu, yang memang telah 80 persen terjual, namun kebanyakan masih kosong. Umumnya mereka (investor) melakukan pembelian properti, tanpa pengamatan yang menyeluruh terhadap kondisi pasar.

Para investor tersebut sebagian besar berspekulasi, berharap dapat menyewakan dan menjual properti mereka dalam waktu setahun atau dua tahun setelah properti itu dibangun, ternyata tidak. 

www.Beli-Rumah.net/?id=natan  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

5 Sentuhan Ini Bikin Rumah Makin Nyaman, Gak Mau ke Luar Rumah Lagi..

Bikin tenang, nyaman, sentosa deh..   Nyaman di rumah aja (Shutterstock/Prostock-studio) ...